artikel ini terhitung sebagai artikel pertamaku, entah apa yang membuat saya mau membuat artikel, yang jelas saya suka menulis. :)
Indonesia
dan Maroko adalah kawan beda rumpun yang berhasil bersahabat sejak awal kemerdekaan
kedua negara. Maroko terletak di ujung selatan benua Afrika dan Indonesia
terletak di ujung selatan benua Asia. Jarak antar kedua negara yang hampir
sepertiga lingkar bumi ini tidak menghalangi persahabatan keduanya. Struktur
pemerintahan yang berbeda tidak menjadi halangan kerjasama antara negeri seribu
pulau dengan negeri seribu menara ini. Maroko, negara Kerajaan Islam sedangkan
Indonesia telah berhasil menjadi negara Islam Demokrasi.
Hubungan
dua negara antar benua ini berawal sejak pertengahan abad 14 sebelum masehi.
Ketika Kerajaan Samudra Pasai mengalami puncak kejayaan, dimana saat itu
pelabuhan di Samudra Pasai menjadi pelabuhan yang sangat penting. Tempat
terjadinya bongkar muat barang antar kapal dari berbagai negara. Sehingga
banyak kapal dari berbagai negara yang singgah di Indonesia.
Kisah wali songo yang akrab
terdengar di telinga muslim Indonesia juga tidak terlepas dari Maroko. Satu
diantara sembilan wali yang dikenal rakyat indonesia berasal dari maroko.
Yaitu, Maulana Malik Ibrahim salah satu sesepuh Wali Songo yang lebih dikenal
dengan nama “Syeikh Maghribi” adalah orang Maroko yang datang ke Indonesia
dengan tujuan untuk berdagang. Dengan kepiawannya, ia mampu memikat hati warga
Indonesia yang akhirnya berduyun-duyun memeluk Islam. Kunjungan Ibnu Batuttah
dan Maulana Malik Ibrahim merupakan tonggak sejarah yang mengawali jalinan
hubungan antara kedua bangsa yang berada di dua benua yang berbeda. Hubungan bilateral antara kedua negara berawal sejak 1960 ketika keduanya telah merdeka. Saat itu presiden Soekarno adalah presiden pertama yang berkunjung di Maroko setelah Maroko merdeka. Kedatangan Presiden Soekarno disambut hangat oleh Raja Muhamed V, persahabatan antara keduanya pun terjalin hingga Raja Muhamed V menghadiahi Presiden Soekarno sebuah jalan yang dinamai dengan nama Jalan Soekarno dan beberapa jalan dengan nama kota besar di Indonesia. Presiden Soekarno pun mengambil nama Casablanca, yaitu kota perekonomian di Maroko sebagai nama jalan paling sibuk di Jakarta.
Hubungan bilateral antara Maroko dan
Indonesia masih berjalan hingga sekarang. Hubungan baik dalam segala bidang ini
membuahkan hasil yang positif untuk kedua negara. Maroko sebagai penghasil
fosfat terbesar sangat menguntungkan Indonesia untuk melakukan hubungan bidang
ekonomi. Selain itu, produk Indonesia sangat diminati oleh masyarakat Maroko
utamanya produk furnitur. Namun hubungan bidang ekonomi ini belum seimbang,
karena surplus masih berada di pihak Indonesia. Saat ini pemerintah Indonesia
sedang mengupayakan agar hubungan ekonomi bisa berjalan seimbang sehingga
saling menguntungkan keduanya.
Dalam bidang pendidikan, Maroko
merupakan negara yang memiliki sistem pendidikan yang bagus. Untuk meningkatkan
kerjasama dengan Indonesia, Maroko menyediakan beasiswa belajar untuk 15 mahasiswa
Indonesia pertahun. Namun, kesempatan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal
oleh Indonesia. Dalam bidang politik, Maroko kagum terhadap Indonesia yang merupakan
negara Islam terbesar ketiga dan mampu membuat Islam berjalan beriringan dengan
demokrasi. Sehingga menjadi negara Islam demokrasi. Hal ini membuat Maroko
ingin belajar kepada Indonesia tentang demokrasi dalam negara Islam.
Persahabatan antara dua negara ini akan berjalan beriringan selama keduanya
dapat saling menguntungkan. Dimana Indonesia dapat belajar banyak tentang Islam
kepada Maroko, dan Maroko belajar tentang demokrasi kepada Indonesia.
Peningkatan kerjasama
juga dapat mempererat hubungan bilateral antar
keduanya.
No comments:
Post a Comment